Sudah fakta bahwa pecinta musik apapun pasti pernah hanyut dibuai musik Elvis dan The Beatles. Ini sama pastinya dengan 'maut dan pajak'. Catatan sejarah saya menikmati musik tidaklah seektensif Cameron Crowe (there's that name again) karena, tidak seperti buku dan film, orang tua saya tidak terlalu menularkan kegemaran menikmati musik mereka ke saya. Paling tidak, influence musik mereka tidak sebesar film.
Khusus untuk musik, sosok yang mempengaruhi saya di masa kecil adalah mendiang nenek. Sejak saya umur 2 tahun, nenek selalu mengajarkan saya menyanyi. Tidak ada lagu Baa Baa Black Sheep waktu diajarkan, melainkan lagu Garuda Pancasila, lagu pop Bunga Mawar The Mercy's, Kiss Me Quick-nya Elvis Presley dan Something-nya The Beatles.
Nenek bilang saya kalau ikut menyanyikan Bunga Mawar itu sampai peluh saya keluar --ekspresi luar biasa untuk anak 3 tahun waktu itu, tentu saja.
Lalu mengenai Elvis, kesan yang paling dalam yang saya bawa adalah ucapan nenek bahwa "Dia penyanyi kulit putih bersuara negro"... Kelak ketertarikan saya pada musik soul selalu terngiang pada kata-kata nenek.
Dan Something ? Nenek selalu bilang saya selalu berceloteh "Se-ting nek... Se-ting" saat lagu ini muncul di radio 2 band yang kami miliki. Aneh, karena ini bukan lagu paling melodius yang diciptakan oleh The Beatles. Salah satu yang paling dalam, mungkin, tapi bukan yang paling catchy --paling tidak buat anak balita.
Apa yang diambil dari sini ? Saya baru sadar setelah dewasa dan saat saya makin selektif memilih musik : sejak kecil nenek mengajari saya untuk mendengar dari hati. Mungkin sengaja atau tidak, tapi begitulah cara nenek memperkenalkan musik ke cucunya. Ketika saya beranjak dewasa, nenek sering mencibir sinis pada lagu new wave atau punk rock yang tidak jelas... Sebuah pendapat yang dulu sering saya anggap generation gap... Paling tidak sampai nenek memuji lagu Spanish Eyes dari Gerard Joling yang reputasinya tentu tidak bisa disejajarkan dengan Elvis atau The Beatles... tapi di lagu itu menyanyi dengan hati. Sama sepeti Elvis. The Beatles. The Mercy's
Terima kasih nenekku tercinta yang telah mengajarkan bahwa mendengar tidak hanya dengan telinga. Bahwa indera tertinggi untuk meresapi melodi adalah dengan hati.
Catatan khusus : suka lagu klasik dan opera walau tidak paham bahasa pengantarnya ? Itulah mendengar dengan hati.
Ngobrol apapun mengenai yang membuat hidup lebih hidup (film, musik, tv, buku, komik, dll) dan terkadang tentang hidup pula. Semoga bisa menjadi kaleng kudapan di dunia maya. Enteng dan renyah. Syukur-syukur bergizi.
Entri Populer
-
Lama tidak mampir, begitu banyak isu yang lewat untuk bisa dibahas detil. Interaktifitas di twitter begitu tinggi, sehingga tidak sempat die...
-
Di akhir tahun 2010, para pencinta film menatap balik sekilas untuk menyusun urutan film-film yang mereka anggap terbaik tahun ini. Ada ya...
-
Setelah ramai sejak dua bulan terakhir dengan berbagai komentar, review, analisa bertaburan, inilah hari di mana seluruh perhatian pencinta,...
-
Dari hampir 200 film yang saya lihat sepanjang 2010, baik yang ditonton di bioskop, dvd atau di televisi kabel ada satu momen yang selamanya...
-
Lama juga sudah tidak mampir kemari. Tahun pertama membesarkan putraku tersayang, Ghafi, ditambah dengan kegiatan kantor membuat blog ini...
-
Esok pagi, penghargaan Golden Globe Awards akan diberikan. Teman-teman di twitter sudah menyiapkan diri, menyambutnya. Yang besok ada kerjaa...
-
Kecintaan pada film telah membawa saya melewati fase kehidupan. Kalau seorang Cameron Crowe mengakui bahwa di titik-titik terpenting hidupn...
-
Ini sebenarnya sudah saya tulis di posterous saya, tetapi ada baiknya ditulis juga di sini. Perbandingan satu lagu yang dibawakan dalam dua...
-
Memenuhi keinginan sejak lama untuk blogging, dimunculkanlah di blog super sederhana ini. Tema beragam, tapi jangan letih kalau banyak berpu...
-
Sudah fakta bahwa pecinta musik apapun pasti pernah hanyut dibuai musik Elvis dan The Beatles. Ini sama pastinya dengan 'maut dan pajak&...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment